kamu pengunjung yang ke:

Minggu, 30 Oktober 2011

ISTRI CEREWET....

     Seorang laki-laki berjalan tergesa-gesa menuju kediaman Khalifah Umar bin Khatab.Ia ingin mengadu pada khalifah; tak tahan dengan kecerewetan istrinya.begitu sampai di depan rumah khalifah,laki-laki itu tertegun.dari dalam rumah terdengar istri umar sedang ngomel,marah-marah.cerewetnya melebihi istri yang akan diadukannya pada umar.tapi,tak sepatah katapun terdengar keluhan dari mulut khalifah.umar diam saja,mendengarkan istrinya yang sedang gundah.Sang laki-laki pun bertanya pada umar, apa yang membuat dirinya disegani kawan maupun lawan,berdiam diri saat istrinya marah?     Umar menjawab,istrimu memiliki peran besar atas dirimu.ia adalah penjagamu dari api neraka. Kelemahan laki-laki ada di mata.jika ia tak bisa menundukkan pandangannya, niscaya panah-panah setan berlesatan dari matanya,membidik tubuh-tubuh elok di sekitarnya.panah yang tertancap membuat darah mendesir,bergolak,membangkitkan raksasa dalam dirinya.sang raksasa dapat melakukan apapun demi terpuasnya satu hal;syahwat.
     Adalah sang istri yang selalu berada di sisi, menjadi ladang bagi laki-laki untuk menyemai benih, menuai buah di kemudian hari. adalah istri tempat ia mengalirkan berjuta gelora biar lepas, dan bukan azab yang kelak diterimanya. ia justru mendapatkan dua kenikmatan: dunia dan akhirat.    
Umar melanjutkan, istrimu juga pemelihara rumah dari pagi hingga sore saat suami bekerja. suami selalu mengumpulkan harta dan tak begitu peduli dengan apa yang dikumpulkannya. mendapatkan uang, beli ini-beli itu. untunglah ada istri yang selalu menjaga dan memelihara 24 jam tanpa bayaran,agar harta yang diperoleh dengan keringat, airmata, bahkan darah tak menguap sia-sia. adakah yang sudi menjaga hal demikian? berapa pula ia mau dibayar. pastinya, sulit menemukan pemelihara rumah yang lebih telaten daripada istri.
     Istri pula yang menjaga penampilan suami, sambung umar. umumnya laki-laki tak bisa menjaga penampilan.Kulit legam tapi berpakaian warna gelap. Tubuh tambun malah suka baju bermotif besar. Atasan dan bawahan sering tak sepadan. Untunglah suami punya penata busana yang setiap pagi menyiapkan pakaiannya, memilihkan apa yang pantas untuknya dan menisik bila ada yang sobek,atau kancing terlepas. Suami yang tampil menawan adalah wujud ketelatenan istri. Maka tak mengapa mendengarnya berkeluh kesah atas kecakapannya itu, maklum umar,  
     Laki-laki itu masih bersiteguh mendengar omongan umar. lalu,kata umar, istri adalah pengasuh anak-anak. Suami menyemai benih di ladang istri. benih tumbuh,mekar. sembilan bulan istri bersusah payah merawat benih hingga lahir tunas yang menggembirakan. tak berhenti sampai disitu, ia juga merawat tunas hingga tumbuh besar, kokoh dan kuat. jika ada yang salah dengan pertumbuhan sang tunas, pastilah sang istri yang disalahkan. bila tunas membanggakan, lebih dulu suami yang maju ke depan mengaku, akulah yang membuatnya begitu. baik buruknya sang tunas beberapa tahun ke depan, tak lepas dari sentuhan tangan istri. umar paham benar akan hal ini.
      Terakhir, ujar umar, istri adalah penyedia hidangan. pulang kerja suami memikul lelah di badan. Energi terkuras setelah beraktivitas seharian. ia butuh asupan untuk mengembalikan energi. di meja makan suami cuma tahu ada hidangan: ayam panggang kecap, sayur asam, sambal terasi dan lalapan. tak terpikir olehnya harga ayam melambung sehingga sang istri harus piawi berdebat, menawar harga yang melebihi anggaran. tak perlu suami pula, memotong sayuran, mengulek bumbu, memilih-milih cabe dan bawang sehingga ia tak pusing memikirkan berapa takaran bumbu agar citarasa amat pas di lidah. yang suami tahu hanya makan. itu pun terkadang dengan jumlah berlebihan, menyisakan sedikit untuk istri si juru masak, tanpa perhitungan istri selalu menjadi koki terbaik untuk suami. ia mencatat dalam memori, makanan apa yang disuka dan dibenci suami.     Maka untuk segala kemurahan hati sang istri, tak mengapa umar mendengarkan segala keluh kesah buah lelahnya. Umar hanya mengingat kebaikan- kebaikan istri untuk menutupi segala cela dan kekurangannya. bila istri sudah puas menumpahkan kata-katanya, barulah ia menasehati dengan cara yang baik dan bercanda. hingga terhindar caci maki yang tak terpuji.
     Demi mendengar penjelasan sikap umar terhadap istrinya, laki-laki itu pun mengurungkan niatnya melaporkan istrinya kepada khalifah.wallahua'lam 

Tidak ada komentar: